Langsung ke konten utama

kumpulan jurnal & e-book

Judul Jurnal : Sistem Struktur dan Konstruksi Bangunan Vernakular Rumah Suku Kutai Tenggarong, Kalimantan. Lembar Halaman : 5 Halaman Penulis : Zakiah Hidayati Arsitektur vernakular adalah arsitektur yang lahir dari arsitektur tradisional yang beradaptasi dengan kondisi fisik, sosial, dan budaya setempat. Arsitektur rumah Kutai disesuaikan dengan iklim tropika humida di Kalimantan Timur, dengan curah hujan tinggi. Arsitektur rumah adat Kutai didominasi dengan kayu ulin atau kayu besi. Rumah Kutai tidak menggunakan paku, akan tetapi menggunakan kayu tertentu. Jurnal : Erau: Ritual Politik dan Kekuasaan Lembar Halaman : 309 Halaman Penulis : M. Yamin Sani Erau berasal dari bahasa, “eroh” yaitu ramai, ribut, riuh, dalam suka-cita yang bertujuan untuk kemakmuran dan kebahagiaan. Erau berfungsi sebagai wahana dalam birokrasi kesultanan. Erau merupakan upacara tradisional yang merefleksikan banyak hal tentang masyarakat dan budaya orang Kutai. Struktur ritual menekankan berbagai peristiwa mistis yang memposisikan Sultan sebagai pemimpin yang sangat penting. Jurnal : Geografi Budaya. Lembar Halaman : 21 Halaman Penulis : Heni Puspita Sari Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai. Kebudayaan Suku Kutai merupakan hasil asimilasi dari budaya Melayu, Jawa dan Dayak. Suku Kutai sendiri adalah perpecahan dari suku dayak Rumpun Ot Danum yang lama-kelamaan memisahkan diri sehingga membentuk suku sendiri yaitu Suku Kutai. Ragam kebudayaan Kutai terdiri dari seni tari, musik, drama, arsitektur, bahasa, makanan, upacara-upacara adat,dll adalah merupakan ciri khas kebudayaan Suku Kutai Kalimantan Timur yang unik dan berbeda dengan suku lainnya di Indonesia khususnya di provinsi Kalimantan timur. Kebudayaan Suku kutai merupakan salah satu khasanah kebudayaan indonesia yang harus terus di jaga kelestariannya. Judul Jurnal : LEKSIKON DAN NILAI KULTUR SUWAWA-GORONTALO DALAM RITUAL MOMEQATI Penulis : Kartin Lihawa Lembar halaman : 50 lembar Leksikon yang digunakan dan melekat pada benda-benda adat dalam ritual momeqati yang terdiri atas empat puluh enam kesatuan leksikon didominasi oleh : a. Tiga puluh lima nilai estetika b. Pemunculan dua puluh delapan nilai etika c. Pemunculan enam belas nilai religi d. Pemunculan limabelas nilai sosial e. Pemunculan masing-masing enam nilai budaya dan enam nilai didik. Judul Jurnal : Kearifan Lokal Masyarakat Polahi Gorontalo Penulis : Feriyanto Madjowa dan Samsi Pomalingo Lembar halaman : 16 halaman Komunitas Polahi merupakan komunitas terasing suku Gorontalo yang telah memilih untuk menetap di pegunungan sejak jaman pejajahan Belanda di Gorontalo. Potret komunitas adat kecil yang disebut Polahi, bukan hanya mempertautkan masa lalu orang Gorontalo. Keberadaan Polahi menunjukkan bagaimana sikap pembangkangan orang Gorontalo tempo dulu terhadap penjajah dan pemimpin, baik itu raja dan bangsawan. Mereka ini hingga kini masih bermukim di hutan-hutan dan pedalaman Gorontalo. Disamping itu, orang-orang Gorontalo yang kemudian disebut sebagai Polahi ini adalah sekumpulan orang yang tidak ingin terbebani oleh pembayaran pajak atau upeti oleh penjajah Hindia Belanda, sehingga mereka melarikan diri (lolahi) ke hutan dan ke puncak gunung seperti gunung Tilongkabila, dan Buliohuto. Judul E-Book : Buku Ajar (budaya gorontalo sebagai pembentuk karakter generasi penerus) Penulis : supriyadi, arip mulyanto, dan manda rohandi Lembar halaman : 162 halaman Buku ini menjelaskan bagaimana menyembah Allah SWT dengan cara adat di daerah mereka, menjelaskan kesenian dan kepercayaan mereka pada kesenian di daerah mereka, ritual keagamaan di budaya mereka. Judul jurnal : GENDER DALAM KOMUNITAS MASYARAKAT MINANGKABAU; TEORI, PRAKTEK dan RUANG LINGKUP KAJIAN Penulis : Siti Fatimah Lembar Halaman : 24 Halaman Dalam sistem kekerabatan masyarakat Minangkabau yang matrilinal, perempuan mendapatkan posisi yang berbeda jika dibanding dengan perempuan dalam masyarakat patrilineal. Tulisan ini berusaha memaparkan dan sekaligus mengkritisi tentang sistem kekerabatan dalam etnis Minangkabau yang menekankan persoalan perempuan atau isu gender. Jika dikritisi secara seksama, maka budaya matrilineal sesungguhnya mengandung nilai kesetaraan dan keadilan gender, baik dalam tatanan filosofi, struktur, maupun implementasi yang seharusnya. Tulisan ini telah berusaha menganalisis dan mengemukakan aspek manakah dari budaya matrilineal tersebut yang memberikan konstribusi terhadap perempuan dalam komunitas masyarakat Minangkabau itu sendiri, terutama yang berkenaan dengan isu kesetaraan dan keadilan gender, sehingga bisa dilihat sebagai bagian dari sustainable development. 2Judul jurnal : MANIFESTASI MISI BUDAYA PERANTAUAN ETNIS MINANGKABAU (Studi Deksriptif Penjahit Minang Perantauan di Kelurahan Lau Cimba Kecamatan Kaban Jahe Kabupaten Jaro) Penulis : Fitri Yati & DRS. Muba Simanihuruk, M. SI Lembar Halaman : 109 Halaman Penjahit Minang perantauan di Kelurahan Lau Cimba Kecamatan Kabanjahe melakukan pola-pola migrasi diantaranya migrasi intra-interkota, pengiriman remitan ke kampung halaman untuk keperluan-keperluan seperti sumbangan alek (pesta nikah), perayaan mauluik (maulid nabi), atau untuk perbaikan rumah pusako dan makam, mereka juga melakukan aktivitas pulang kampung pada moment-moment tertentu. Selain itu terdapat pula perubahan misi budaya perantauan yang mereka lakukan dimana misi budaya tersebut tidak hanya memperkaya dan memperkuat alam kosmologis Minangkabau tetapi juga juga memperkuat dan mengembangkan usaha di rantau. Judul jurnal : NILAI BUDAYA DALAM UNGKAPAN MINANGKABAU; KAJIAN PERSPEKTIF ANTROPOLOGI LINGUISTIK KARYA OKTAVIANUS Penulis : Diana Rozelin Lembar Halaman : 124 Tulisan ini selain mengartikan ungkapan Minangkabau kedalam bahasa Indonesia juga menganalisis maknanya secara umum, hanya saja memang tidak terlalu mendalam hal ini dikarenakan penekanannya pada Antropologi bukan pada linguistik. Sehingga, tulisan ini sebaiknya masuk ke dalam jurnal Antropologi dan bukan masuk ke jurnal Linguistik. Pada bagian ini penulis resensi telah menambahkan satu sub kajian konotasi yang mengarah pada liguistik, sehingga pembaca mempunyai dua wawasan , yaitu antropologi dan linguistik. Judul jurnal : Orang Minangkabau Dalam Persepsi Orang Luar Minangkabau maupun Tambo, Kesan Pertama Terhadap Orang Minang dan Pemaparan Alam Minangkabau Pada Ruang Lingkup Administrasi Provinsi Sumatera Barat Sekarang Penulis : ARIF RAHMAN HAKIM Lembar halaman : 9 halaman Orang Minangkabau itu ialah orang-orang yang diterima secara adat dan peraturan suatu kaum di Minangkabau dalam sistem Matrilineal. Orang-orang yang belum dikukuhkan sebagai orang Minang dalam sistem adat yang mana ayahnya orang Minang dan ibunya non-Minang. Pada hal ini bisa saja berdarah Minang dan dikukuhkan sesuai dengan adat, serta juga bisa dengan proses malakok di Minangkabau. Alam Minangkabau dan nenek moyang Minangkabau dipaparkan sangat jelas dalam tambo. Hal ini memang sangatlah butuh pemahaman yang sangat mendalam. Akan tetapi, alam Minangkabau dapat kita paparkan bahwa apa-apa yang ada di wilayah ataupun daerah yang menganut entografi-budaya Minangkabau. Nenek moyang berasalberasal dari Nur Muhammad, anak keturunan Iskandar Zulkarnain (Alexander the Great)yang dijelaskan oleh tambo.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Suku Tengger

AGAMA TRADISIONAL ORANG TENGGER Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Agama-Agama Lokal Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, MA Kelompok 6: Durotun Nafi’ah             11150321000007 Nadya Alisha Farha       111503210000 38 Taufik                             111503210000 63 PRODI STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULAH JAKARTA 2017 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT. atas rahmat serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama-Agama Lokal yang berjudul “ AGAMA TRADISIONAL ORANG TENGGER ”. Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan. Oleh karenanya, kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Tidak lupa , kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyu

Laporan Observasi (Makalah)

LAPORAN OBSERVASI “DESA SASAK TANGERANG” Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Agama-Agama Lokal Dosen Pembimbing: Siti Nadroh, MA Kelompok 6: Durotun Nafi’ah             11150321000007 Nadya Alisha Farha       111503210000 38 Taufik                             111503210000 63 PRODI STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULAH JAKARTA 2017 DAFTAR ISI DAFTAR ISI ....................................................................................................  1 BAB I PENDAHULUAN ................................................................................  2 1.1   Latar Belakang .......................................................................................  2 1.2   Rumusan Masalah ..................................................................................  2 1.3   Tujuan Kegiatan .....................................................................

agama lokal ( suku minang, kutai, dan gorontalo)

SUKU MINANGKABAU PENDAHULUAN A.     Latar Belakang         Manusia adalah makhluk yang diciptakan tuhan sebagai satu-satunya makhluk yang berbudaya, dimana kebudayaan memiliki pengertian sebagai seluruh sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan manusia dalam proses belajar (Koentjaraningrat). Sebelum kedatangan bangsa-bangsa Barat di kawasan Nusantara ini, adat adalah satu-satunya sistem yang mengatur masyarakat dan pemerintahan, terutama di kerajaan-kerajaan Melayu, mulai dari Aceh, Riau, Malaka, Jawa, Banjar, Bugis, hingga Ambon dan Ternate. Agama  Islam  pada umumnya terintagrasi dengan adat-adat yang dipakai di kerajaan-kerajaan tersebut. Adat  Minangkabau  pada dasarnya sama seperti adat pada suku-suku lain, tetapi dengan beberapa perbedaan atau kekhasan yang membedakannya. Kekhasan ini terutama disebabkan karena masyarakat Minang sudah menganut sistem garis keturunan menurut Ibu, matrilinial, sejak kedatangann