Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2017

Responding Paper Suku Dayak (kelompok 1)

Pada tahun (1977-1978) ketika benua asia dan pulau Kalimantan masih menyatu, yang memungkinkan ras mongoliad dari asia mengembara melalui daratan dan sampai di Kalimantan dengan melintasi pegunungan yang sekarang disebut pegunungan “Muller Schwaner”. Suku dayak merupakan penduduk Kalimantan yang sejati. Namun, setelah orang-orang melayu dari Sumatra dan semenanjung malaka datang mereka makin lama makin mundur ke dalam. Belum lagi datangnya orang bugis, Makassar, dan jawa pada masa kejayaan kerajan majapahit. Suku dayak hidup terpencar-pencar di seluruh wilayah Kalimantan dalam rentang waktu yang lama. Mereka menelusuri sungai-sungai hingga ke hilir dan kemudian mendiami pesisir pulau Kalimantan. Tidak hanya dari nusantara, bangsa-bangsa lain juga berdatangan ke Kalimantan. Bangsa Tionghoa diperkirakan mulai datang ke Kalimantan pada masa dinasti Ming tahun 1368-1643. Kedatangan bangsa Tionghoa tidak mengakibatkan perpindahan penduduk Dayak dan tidak memiliki pengaruh secara langsu

Responding Paper Suku Sunda Wiwitan

Responding Paper Suku Sunda Wiwitan A.    Asal-Usul Sunda Wiwitan             Tokoh atau pendiri dari agama sunda wiwitan adalah pangeran Sadewa Alibasa Kusuma Wijaya Ningrat atau lebih dikenal sebagai Kyai Madrais. Sejarah mencatatMadrais Sadewa Alibassa Kusumah Wijaya Ningrat, lahir pada tahun 1822 sampai 1939[1]. Beliau tidak dilahirkan di Gebang, tetapi di susukan Ciawigebang yang kemudian dititipkan kepada ki Sastrawadana di cigugur dengan pesan kelak dapat meneruskan perjuangan leluhurnya dalam usaha menentang penjajahan, selain itu, untuk mengelabui kompeni dipesankan pula agar anak tersebut diakui sebagai anak Ki Sastrawardana, tetapi karena akhirnya diketahui bukan anak ki sastrawardana, maka disebut pula bahwa anak tersebut dinyatakan sebagai anak titipan R. Kastewi dari Sususkan Ciawigebang.             Pada usia 10 tahun pengeran Kusuma Adiningrat berkerja pada Kuwu Sagahariang sebagai gembala kerbau, dikenal dengan nama taswan, tetapi ketika akan meninggalkan Sagaharia

Responding Paper Suku Trunyan di Bali (kelompok 5)

Responding Paper Suku Trunyan A.    Asal Usul suku Trunyan atau Bali Aga Menurut penelitian oleh Jemes D, untuk mengetahui sejarah Desa Trunyan sulit sekali. Semua itu disebabkan karena peninggalannya berupa tulisan yang hanya berupa beberapa prasasti, yang kini disimpan di pelinggih (bangunan suci tempat persemayaman dewa). Desa Trunyan, Kedisan, dan desa Abang Dukuh ketiga desa ini terletak di Kecamatan Kintamani, Kabupateng Bungli Provinsi Bali. Terkait dengan tiga desa tersebut karena mempunyai cerita yang runtut dalam pembentukannya, yang di ceritakan dari pengembaraan empat orang putra Raja Surakarta ke Bali untuk mencari bau harum yang menyengat. Namun disini akan lebih dijelaskan bagaimana desa Trunyan di Provinsi Bali tersebut.[1] Trunyan berasal dari kata Taru Menyan, Taru yang berarti pohon dan menyan berarti wangi atau harum. yang sekarang ini menjadi pohon besar yang menjadi perkuburan adat masyarakat Trunyan. Pohon ini dipercaya mempunyai wangi yang semerbab yang memb

Responding Paper Suku Toraja (kelompok 8)

Kepercayaan  aluk to dolo adalah kepercaayaan asli tanah toraja yang terletak kurang lebih 300 km, disebelah utara ujung pandang, sulawesi selatan. Secara harfiah, aluk artinya kepercayaan to artinya orang dolo artinya dulu jadi aluk todolo artinya kepercayaan orang dulu atau kepercayaan peninggalan nenek moyang. DR. C. CYRUT seorang anthtropolog, dalam penelitiannya menuturkan bahwa masyarakat Tana Toraja merupakan hasil dari proses akulturasi antara penduduk (lokal/pribumi) yang mendiami daratan Sulawesi Selatan dengan pendatang yang notabene adalah imigran dari Teluk Tongkin (daratan Cina). Proses akulturasi antara kedua masyarakat tersebut, berawal dari berlabuhnya Imigran Indo Cina dengan jumlah yang cukup banyak di sekitar hulu sungai yang diperkirakan lokasinya di daerah Enrekang, kemudian para imigran ini, membangun pemukimannya di daerah tersebut. Ketika bangsa Bugis sekian lama berkembang di daratan Sulawesi, barulah mereka mengetahui bahwa ada suatu penduduk yang bermuk

Responding Paper Suku Samin (kelompok 7)

Masyarakat Samin adalah sebuah kelompok masyarakat yang terdapat di Blora, sebuah daerah yang berada di kawasan Provinsi Jawa Tengah. Masyarakat Samin memiliki kepercayaan, adat istiadat dan norma-norma tersendiri yang berbeda dengan masyarakat di Jawa pada umumnya. Mereka hidup berkelompok bersama di luar masyarakat umum, seakan-akan membentuk suatu komunitas. Nama Samin berasal dari arti kata Samin itu sendiri, yaitu kata yang ditasbihkan dari nama seorang tokoh bernama Samin Surosentiko yang berpengaruh dan membuat sebuah gerakan pemberontakan terhadap pemerintah jajahan belanda. Konon pengikutnya sendiri tidak suka dengan sebutan nama Samin sendiri. Mereka lebih suka dengan sebutan “ Wong Sikep ” yang berarti orang yang mempunyai cara atau adat istiadat tersendiri. Jika dilihat pada zaman sekarang ciri khas masyarakat Samin di antaranya ialah:Tidak bersekolah, Memakai " iket ", yaitu semacam kain yang diikat di kepala, Tidak berpoligami, Tidak memakai celana panj